Kamis, 26 April 2012

UNSUR – UNSUR PENELITIAN ILMIAH


Untuk dapat melakukan penelitian dengan baik, peneliti perlu memiliki pengetahuan tentang berbagai unsur penelitian. Unsur-unsur yang menjadi dasar penelitian ilmiah ini adalah : konsep, proposisi, teori, variabel, hipothesis dan definisi operasional. Hubungan antara unsur-unsur penelitian ilmiah ini dapat juga disajikan secara skematis sebagai berikut :


Gambar 1. Hubungan Antara Unsur-Unsur Penelitian

Gambar 1 memperlihatkan proses teoritis dan proses empiris suatu penelitian, perumusan konsep, penyusunan proposisi dan teori, identifikasi variabel dan perumusan hipothesis merupakan proses teoritis dalam suatu penelitian ilmiah. Perumusan definisi operasional, pengumpulan data, perumusan dan pengujian hipothesis statistik merupakan proses empiris.
A. Konsep
Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena alami. Misalnya, untuk menggambarkan kapasitas reproduksi manusia dikenal konsep fertilitas (fertility) dan fekunditas (fecundity). Untuk menggambarkan pergerakkan penduduk dikenal konsep migrasi dan mobilitas. Beberapa konsep yang biasa dipakai dalam penelitian kependudukan dan penelitian sosial adalah : nilai anak, perilaku kontrasepsi, angkatan kerja, pengangguran, sikap terhadap kontrasepsi, morbilitas, mortalitas, stratifikasi sosial, interaksi sosial perilaku memilih, alienasi (keterasingan) dan partisipasi.
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Misalnya, konsep perilaku menyimpang (deviant behavior) dipakai oleh para sosiolog untuk menggambarkan fenomena bunuh diri, kebiasaan minum alkohol dan banyak fenomena lainnya. Konsep perilaku memilih dipakai untuk menerangkan fenomena memilih pekerjaan, memilih tempat tinggal dan memilih jumlah anak.
Dalam kenyataannya, konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep kepada realitas, semakin mudah konsep tersebut diukur. Banyak konsep-konsep ilmu sosial sangat abstrak terutama yang merupakan unsur dari teori yang sangat umum (grand theory). Misalnya, konsep pilihan pekerjaan (occupational preference) adalah lebih rendah tingkat generalisasinya dari konsep perilaku memilih (choice behavior).
Berbeda dengan konsep-konsep ilmu alam yang menggambarkan fenomena alami yang konkrit (karena dapat diraba dengan panca indera), kebanyakan konsep-konsep dalam ilmu sosial adalah untuk menggambarkan fenomena sosial yang biasanya bersifat abstrak. Karena itu dalam penelitian sosial, konsep-konsep perlu didefinisikan dengan jelas, sehingga penelitian tersebut dapat dipahami oleh masyarakat akademis yang lebih luas.
B. Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realita yang dapat diuji kebenarannya. Hipothesa adalah proposisi yang dirumuskan untuk pengujian empiris. Dalil (hukum) adalah jenis proposisi yang mempunyai jangkauan (scope) yang lebih luas dan telah mendapatkan banyak dukungan empiris.
Dalam ilmu sosial, proposisi biasanya adalah pernyataan tentang hubungan antara 2 (dua) konsep atau lebih. Misalnya, proposisi “modernitas suami-istri adalah salah satu faktor penentu perilaku kontraseptif mereka” lebih sering kita jumpai daripada proposisi “cenderung pasangan usia subur di Indonesia menggunakan kontrasepsi modern”. Benar keduanya adalah proposisi, karena keduanya adalah pernyataan tentang realita yang kebenarannya dapat di uji. Perbedaannya, yang pertama menghubungkan 2 (dua) faktor dan menganggap bahwa sati faktor adalah penyebab dari faktor lainnya, sedangkan proposisi yang kedua hanya menunjukkan distribusi suatu faktor.
Beberapa contoh proposisi yang sering dipakai dalam penelitian keluarga berencana (KB) adalah sebagai berikut :
1.   Penerimaan kontrasepsi modern oleh suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi oleh ingkat konsensus mereka tentang manfaat alat tersebut.
2.   Penerimaan kontrasepsi modern oleh suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang sikap kelompok referens
3.   Penerimaan kontrasepsi modern oleh suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi oleh derajat kosmopolitan mereka.
4.   Penerimaan kontrasepsi modern oleh suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang nilai ekonomi anak (the value of children)

C. Teori
Sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematis antara fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti adalah teoari, yaitu rangkaian yang logis dari satu proposisi atau lebih.
Teori merupakan informasi ilmiah yang diperoleh dengan meningkatkan abstraksi pengertian-pengertian maupun hubungan-hubungan pada proposisi. Proposisi 1, misalnya menunjukkan bahwa penerimaan kontrasepsi modern oleh suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang manfaat alat kontrasepsi tersebut. Proposisi ini dapat ditingkatkan menjadi teoari 1 dengan merubah tingkat abstraksi proposisi tersebut menjadi : “ penerimaan suatu inovasi sosial dipengaruhi oleh sikap terhadap inovasi tersebut”. Dalam contoh diatas “kontrasepsi modern” dijadikanlebih abstrak dengan mengubah konsep tersebut menjadi “inovasi sosial” dan “persepsi tentang nilai anak” dijadikan “persepsi tentang inovasi tersebut” atau kalau disajikan secara lebih abstrak kita dapat merumuskan teoari 2 “perilaku adalah fungsi dari sikap”.
Proses merubah proposisi menadi teori adalah dapat digambarkan sebagai berikt :
                                            
Gambar 2. Proses Menyusun Teoari dari Proposisi
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa dari proposisi 1 dapat dirumuskan 2 (dua) teori yang memiliki tingkat abstraksi yang berbeda. Teori pertama tentang pengaruh persepsi terhadap  suatu inovasi sosial dan penerimaan inovasi tersebut mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit bila dibandingkan dengan teoari kedua tentang pengaruh sikap terhadap perilaku.
Teoari yang lebih kompleks biasanya merupakan gabungan yang logis dari beberapa proposisi. Teoari keinginan berperilaku (theoary of behavior intentions) yang dirumuskan oleh Fishben (1967) pada dasarnya merupakan gabungan yang logis dari proposisi 1 dan 2 seperti tampak pada Gambar 3.teori ini yang telah diterapkan pada fenomena penerimaan kontrasepsi modern terdiri dari 3 (tiga) variabel dan 2 (dua) hubungan. Variabel terikatnya adalah “ Keinginan menggunakan kontrasepsi modern” (Y) yang dipengaruhi oleh 2 (dua) variabel bebas yaitu : “Persepsi tentang manfaat kontrasepsi modern” (X1) dan “Persepsi tentang sikap kelompok referens” (X2). Hubungan antara Y dan X1 didasarkan atas proposisi 1 dan hubungan antara Y dan X2 didasarkan atas proposisi 2.

Gambar 3. Proses Menyusun Teoari dari 2 Proposisi
Teori keinginan berperilaku ini dapat dijadikan lebih abstra dengan mengubah cakupannya. Misalnya, kontrasepsi modern diubah menjadi inovasi sosial. Dengan demikian kita mendapatkan teori yang lebih luas cakupannya, jadi lebih asbtrak. Yang paling abstrak adalah teoari Fishbein yang asli menyatakan bahwa “ keinginan berperilaku ditentukan secara bersama-sama oleh persepsi tentang manfaat perilaku tersebut dan persepsi tentang sikap kelompok referensi terhadap perilaku tersebut”.

D. Variabel
Variabel yaitu konsep yang mempunyai variasi nilai. Jadi konsep “Badan” bukan variabel, karena badan tidak mengandung pengertian adanya nilai yang bervariasi. “Berat Badan” adalah variabel karena memiliki nilai yang berbeda. Seks adalah variabel karena mempunyai nilai yaitu laki-laki dan wanita. Umur, Pendidikan, Status perkawinan, jumlah anak, status pemilikan tanah, peredaranuang semuanya adalah variabel.
Konsep-konsep yang tidak mengandung pengertian nilai yang beragam biasanya dapat diubah menjadi variabel dengan memusatkan pada aspek tertentu dari konsep tersebut. Jadi, konsep perilaku kontrasepsi dapat diubah menjadu variabel dengan merubahnya menjadi penggunaan kontrasepsi.
E. Hipothesa
Tujuan penelitian adalah menelaah hubungan sistematis antara variabel-variabel. Hubungan ini biasanya disajikan dalam bentuk hipothesis yang merupakan suatu unsur penelitian yang amat penting. Hipothesa adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentantif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
Hipothesis yang baik harus memenuhi 2 kriteria, yaitu : (1). Hipothesa harus menggambarkan hubungan antara variabel-variabel dan (2). Hipothesa harus memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut. Ini berarti, variabel-variabel yang dicantumkan dalam hipothesa harus dapat diukur dan arah hubungan antara variabel-variabel tersebut harus jelas.
Seringkali rumusan hipothesa dimulai dengan suatu proposisi yang menunjukkan hubungan antara variabel dan diikuti oleh pernyataan yang lebih spesifik tentang arah serta kuatnya hubungan tersebut. Misalnya, untuk penelitian tentang penggunaan kontrasepsi modern dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tingkat penggunaan kontrasepsi modern dipengaruhi oleh persepsi  suami istri tentang manfaat kontrasepsi tersebut dan persepsi mereka tentang sikap kelompok referens terhadap hal yang sama”
Hipothesa diatas menunjukkan hubungan antara 2 (dua) variabel bebas (persepsi tentang manfaat kontrasepsi modern dan persepsi tentang sikap kelompok referens terhadap kontrasepsi modern) dan variabel terikat (tingkat penggunaan kontrasepsi modern). Jenis hipothesa ini disebut hipothesa relasional. Selain hipothesa relasional, terdapat hipothesa deskriptif. Hipothesa ini bertujuan menggambarkan karakteristik suatu sampel menurut variabel tertentu. Salah satu contoh hipothesa deskriptif adalah : “Proporsi orang-orang desa berpendidikan tinggi yang beremigrasi lebih besar daripada yang berpendidikan rendah”.
Semua hipothesa yang diatas disebut dengan hipothesa kerja atau hipothesa alternatif dan diberi simbil Ha.  Untuk menguji hipothesa alternatif tersebut, diperlukan pembanding dan disebut dengan hipothesa nihil atau hipothesa nol dan diberi simbol Ho (seringkali disebut juga dengan hipothesa statistik). Rumusan hipothesa nol adalah kebalikan dari hipothesa alternatif. Jadi kalau hipothesa alternatif berbunyi : Tingkat penggunaan kontrasepsi modern dipengaruhi oleh persepsi  suami istri tentang manfaat kontrasepsi tersebut dan persepsi mereka tentang sikap kelompok referens terhadap hal yang sama” , maka hipothesa nol berbuyi : Tingkat penggunaan kontrasepsi modern tidak dipengaruhi oleh persepsi  suami istri tentang manfaat kontrasepsi tersebut dan persepsi mereka tentang sikap kelompok referens terhadap hal yang sama”.
F. Definisi Operasional
Salah satu unsur yang membantu komunikasi antar penelitian adalah definisi operasional, yaitu merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut.
Dibawah ini diberikan contoh-contoh dari definisi operasional :
  1. Definisi Garis Kemiskinan (poverty line)
Dalam penelitian ini dipakai ukuran garis kemiskinan yang dikembangkan oleh Sajogyo (IPB). Yang tergolong miskin adalah mereka yang mempunyai tingkat pengeluaran senilai kurang dari 320 kg beras per kapita per tahun (Di Pedesaan) dan kurang dari 480 kg per kapita per tahun (Di Perkotaaan).
  1. Definisi Pasangan Usia Subur (PUS)
Adalah pasangan berstatus kawin berusia antara 15 – 44 tahun

Minggu, 01 April 2012

KONSEP DASAR PENELITIAN


KONSEP DASAR PENELITIAN


I. Definis Penelitian (Research)

Menurut Sekaran (2003), Penelitian adalah suatu investigasi atau keingintahuan saintifik yang terorganisasi, sistematik, berbasis data, kritis (Metoda Ilmiah), terhadap suatu masalah dengan tujuan menemukan jawaban atau solusi.

Sedangkan Kinney, Jr (1986) , Penelitian adalah Pengembangan dan pengujian teori-teori baru tentang bagaimana dunia nyata bekerja atau penolakan dari teori-teori yang sudah ada.

Jika dispesifikasikan dalam dunia bisnis, maka penelitian bisnis (business research) adalah Pencarian yang sistematik yang menyediakan informasi untuk mengarahkan keputusan-keputusan bisnis.

Atau penelitian bisnis menurut Cooper dan Schlinder (2003), mendefinisikan Penelitian bisnis sebagai Pencarian yang sistematik yang menyediakan informasi untuk memecahkan permsalahan-permasalahan manajerial.

II. Karakteristik Metoda Ilmiah :

Menurut Cooper dan Schlinder (2001), metoda ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut :

1.      Adanya observasi langsung terhadap fenomena (gejala) ;
2.      Adanya variabel-variabel, metoda-metoda dan prosedur-prosedur penelitian didefinisikan secara jelas (operasional) ;
3.      Hipotehsis-hipothesis diuji (verfikasi) secara empiris ;
4.      Memiliki kemampuan untuk mengalahkan hipothesis saingan / sebelumnya ;
5.      Menjustifikasi kesimpulan secara statistik tidak secara bahasa ;
6.      Mempunyai proses membetulkan dirinya sendiri

Sedangkan menurut Sekaran (2003), metoda ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut :

1.      Memiliki tujuan yang jelas (puprpisiveness) ;
2.      Kokoh (rigor) , yaitu penelitian dilakukan dengan hati-hati (prudent) dengan tingkat kearurasian yang tinggi (basis teori dan desain riset yang baik) ;
3.      Ujibilitas (testibality), yaitu penelitian harus dapat menguji hipothesis-hipothesis dengan pengujian statistik ;
4.      Replikabilitas , yaitu penelitian dapat diulang dengan menggunakan data yang lain ;
5.      Ketepatan dan keyakinan (precision dan confidence), yaitu tidak ada riset yang sempurna dan ketepatanya tergantung dari keyakinan periset yang diterima secara umum (universalitas) ;
6.      Objektivitas, yaitu memberikan hasil dan kesimpulan yang objektif (tidak ada unsur subjektif) ;
7.      Generalisabilitas, yaitu penelitian mampu untuk diuji / diverifikasi ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu, objek dan situasi ;
8.      Sederhana, mempunyai kemudahan di dalam menjelaskan penelitiannya ;

III. Metode Ilmiah

Merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Ciri-ciri “ilmiah’ adalah :

1.      Rasional

Penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal (make sense), sehingga terjangkau oleh penalaran manusia ;

2.      Empiris

Cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia , sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan (contoh : mencari lokasi jatuhnya pesawat terbang melalui paranoma bukanlah cara ilmiah) ;

3.      Sistematis

Proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis ;




4.      Valid (derajad ketepatan)

Data empiris(teramati) menunjukkan derajad ketepatan (signifikansi) antara data sesungguhnya yang terjadi dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data yang baik haruslah memiliki reliabilitas (derajad konsistensi / keajegan).

IV. Jenis-Jenis Penelitian

4.1.           Menurut Tujuannya

a. Penelitian Dasar (Basic Research) ; Penelitian yang diarahkan sekedar untuk memahami masalah secara mendalam (depth) / untuk pengembangan teori.

b. Penelitian Terapan (Applied Research) ; Penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah ;

4.2.          Menurut Metodanya

a.     Penelitian Survey

Penelitian dengan populasi besar maupun kecil , taipi data yang diambil dari sampel atas polulasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel sosilogis dan psikologis ; (Conroh : Susenas) ;

b.    Penelitian Ex Post Facto

Penelitian dari persitiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang telah menimbulkan kejadian tersebut (Contoh : penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tenaga kerja dsb) ;

c.     Penelitian Eksperimen

Penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang tekontrol secara ketat (contoh : Penelitian terhadap pengaruh unsur kimia tertentu terhadap kelezatan makanan atau keawetan terhadap warna kain dsb) ;

d.    Penelitian Naturalistic (Kualitatif)

Penelitian untuk mengetahui kondisi objek ilmiah dimana peneliti  sebagai instrumen kunci (pendekatan induktif) dan lebih menekankan makna daripada generalisasi. Contoh : Penelitian untuk mengungkapkan makna ritual atau sesaji terhdap keberhasilan bisnis) ;

e.     Penelitian Kebijakan

Yaitu penelitian terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar , sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pengambil keputusan , khususnya publik (Pemerintah ).

f.       Penelitian Tindakan (Action Research)

Penelitian untuk mengembangkan metoda kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan datau produktivitas dapat ditingkatkan ;

g.     Penelitian Evaluasi

Penelitian untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan estándar dan program yang telah ditetapkan . Misalnya Penelitian untuk mengevaluasi apakah suatu produk yang direncanakan terjual 95 % telah tercapai sesuai dengan target penjualan atau tidak.

4.3.          Penelitian menurut Eksplanasinya (Penjelasannya)

a.     Penelitian Deskriptif

Penrlitian untuk mengetahui nilai variabel mandiri (satu atau lebih variabel) , tanpa bermaksud membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain (contoh : Penelitian profil pelaku bisnis di Lampung) ;

b.    Penelitian Komparatif

Penelitian yang bermaksud membandingkan. Variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri, tetapi untuk sampel yang lebih dari satu.
Contoh : Penelitian untuk membedakan antara keuntungan BUMN dengan BUMS ;


c.     Penelitian Asosiatif / Hubungan

Merupakan peneltian untuk mengetahui hubungan antar 2 variabel atau lebih. Dengan penelitian ini akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengotrol suatu gejala / fenomena.

V. Tahapan Penelitian


1.      Memilih Masalah Penelitian ;
2.      Melakukan studi pendahuluan ;
3.      Merumuskan masalah ;
4.      Merumuskan asumsi / anggapan dasar (dan menyusun hipothesis) ;
5.      Menentukan Variabel dan sumber data ;
6.      Menentukan dan meyusun instrumen penelitian ;
7.      Pengumpulan data ;
8.      Analisis data ;
9.      Menarik Kesimpulan ;
10. Menyusun Laporan


Metro, 10 Maret 2012


Dosen Pengasuh,



Dr. Bambang Suhada, S.E, M.Si