Untuk dapat melakukan penelitian
dengan baik, peneliti perlu memiliki pengetahuan tentang berbagai unsur
penelitian. Unsur-unsur yang menjadi dasar penelitian ilmiah ini adalah :
konsep, proposisi, teori, variabel, hipothesis dan definisi operasional.
Hubungan antara unsur-unsur penelitian ilmiah ini dapat juga disajikan secara
skematis sebagai berikut :
Gambar 1. Hubungan Antara Unsur-Unsur Penelitian
Gambar 1 memperlihatkan proses
teoritis dan proses empiris suatu penelitian, perumusan konsep, penyusunan
proposisi dan teori, identifikasi variabel dan perumusan hipothesis merupakan
proses teoritis dalam suatu penelitian ilmiah. Perumusan definisi operasional,
pengumpulan data, perumusan dan pengujian hipothesis statistik merupakan proses
empiris.
A.
Konsep
Konsep adalah unsur penelitian yang
terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk
menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena alami.
Misalnya, untuk menggambarkan kapasitas reproduksi manusia dikenal konsep
fertilitas (fertility) dan fekunditas
(fecundity). Untuk menggambarkan
pergerakkan penduduk dikenal konsep migrasi dan mobilitas. Beberapa konsep yang
biasa dipakai dalam penelitian kependudukan dan penelitian sosial adalah :
nilai anak, perilaku kontrasepsi, angkatan kerja, pengangguran, sikap terhadap
kontrasepsi, morbilitas, mortalitas, stratifikasi sosial, interaksi sosial
perilaku memilih, alienasi (keterasingan) dan partisipasi.
Konsep adalah generalisasi dari
sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan
berbagai fenomena yang sama. Misalnya, konsep perilaku menyimpang (deviant behavior) dipakai oleh para
sosiolog untuk menggambarkan fenomena bunuh diri, kebiasaan minum alkohol dan
banyak fenomena lainnya. Konsep perilaku memilih dipakai untuk menerangkan
fenomena memilih pekerjaan, memilih tempat tinggal dan memilih jumlah anak.
Dalam kenyataannya, konsep dapat
mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep kepada realitas,
semakin mudah konsep tersebut diukur. Banyak konsep-konsep ilmu sosial sangat
abstrak terutama yang merupakan unsur dari teori yang sangat umum (grand theory). Misalnya, konsep pilihan
pekerjaan (occupational preference)
adalah lebih rendah tingkat generalisasinya dari konsep perilaku memilih (choice behavior).
Berbeda dengan konsep-konsep ilmu
alam yang menggambarkan fenomena alami yang konkrit (karena dapat diraba dengan
panca indera), kebanyakan konsep-konsep dalam ilmu sosial adalah untuk menggambarkan
fenomena sosial yang biasanya bersifat abstrak. Karena itu dalam penelitian
sosial, konsep-konsep perlu didefinisikan dengan jelas, sehingga penelitian
tersebut dapat dipahami oleh masyarakat akademis yang lebih luas.
B.
Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang
sifat dari realita yang dapat diuji kebenarannya. Hipothesa adalah proposisi
yang dirumuskan untuk pengujian empiris. Dalil (hukum) adalah jenis proposisi
yang mempunyai jangkauan (scope) yang
lebih luas dan telah mendapatkan banyak dukungan empiris.
Dalam ilmu sosial, proposisi
biasanya adalah pernyataan tentang hubungan antara 2 (dua) konsep atau lebih.
Misalnya, proposisi “modernitas suami-istri adalah salah satu faktor penentu
perilaku kontraseptif mereka” lebih sering kita jumpai daripada proposisi
“cenderung pasangan usia subur di Indonesia menggunakan kontrasepsi modern”.
Benar keduanya adalah proposisi, karena keduanya adalah pernyataan tentang
realita yang kebenarannya dapat di uji. Perbedaannya, yang pertama
menghubungkan 2 (dua) faktor dan menganggap bahwa sati faktor adalah penyebab
dari faktor lainnya, sedangkan proposisi yang kedua hanya menunjukkan
distribusi suatu faktor.
Beberapa contoh proposisi yang
sering dipakai dalam penelitian keluarga berencana (KB) adalah sebagai berikut
:
1. Penerimaan kontrasepsi modern oleh
suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi oleh ingkat konsensus mereka tentang
manfaat alat tersebut.
2. Penerimaan kontrasepsi modern oleh
suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang sikap
kelompok referens
3. Penerimaan kontrasepsi modern oleh
suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi oleh derajat kosmopolitan mereka.
4. Penerimaan kontrasepsi modern oleh
suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang nilai
ekonomi anak (the value of children)
C.
Teori
Sarana pokok untuk menyatakan
hubungan sistematis antara fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti
adalah teoari, yaitu rangkaian yang logis dari satu proposisi atau lebih.
Teori merupakan informasi ilmiah
yang diperoleh dengan meningkatkan abstraksi pengertian-pengertian maupun
hubungan-hubungan pada proposisi. Proposisi 1, misalnya menunjukkan bahwa
penerimaan kontrasepsi modern oleh suami istri di pedesaan Jawa dipengaruhi
oleh persepsi mereka tentang manfaat alat kontrasepsi tersebut. Proposisi ini
dapat ditingkatkan menjadi teoari 1 dengan merubah tingkat abstraksi proposisi
tersebut menjadi : “ penerimaan suatu inovasi sosial dipengaruhi oleh sikap
terhadap inovasi tersebut”. Dalam contoh diatas “kontrasepsi modern”
dijadikanlebih abstrak dengan mengubah konsep tersebut menjadi “inovasi sosial”
dan “persepsi tentang nilai anak” dijadikan “persepsi tentang inovasi tersebut”
atau kalau disajikan secara lebih abstrak kita dapat merumuskan teoari 2
“perilaku adalah fungsi dari sikap”.
Proses merubah proposisi menadi
teori adalah dapat digambarkan sebagai berikt :
Gambar 2.
Proses Menyusun Teoari dari Proposisi
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa
dari proposisi 1 dapat dirumuskan 2 (dua) teori yang memiliki tingkat abstraksi
yang berbeda. Teori pertama tentang pengaruh persepsi terhadap suatu inovasi sosial dan penerimaan inovasi
tersebut mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit bila dibandingkan dengan
teoari kedua tentang pengaruh sikap terhadap perilaku.
Teoari yang lebih kompleks biasanya
merupakan gabungan yang logis dari beberapa proposisi. Teoari keinginan
berperilaku (theoary of behavior
intentions) yang dirumuskan oleh Fishben (1967) pada dasarnya merupakan
gabungan yang logis dari proposisi 1 dan 2 seperti tampak pada Gambar 3.teori
ini yang telah diterapkan pada fenomena penerimaan kontrasepsi modern terdiri
dari 3 (tiga) variabel dan 2 (dua) hubungan. Variabel terikatnya adalah “
Keinginan menggunakan kontrasepsi modern” (Y) yang dipengaruhi oleh 2 (dua)
variabel bebas yaitu : “Persepsi tentang manfaat kontrasepsi modern” (X1) dan
“Persepsi tentang sikap kelompok referens” (X2). Hubungan antara Y dan X1
didasarkan atas proposisi 1 dan hubungan antara Y dan X2 didasarkan atas
proposisi 2.
Gambar 3. Proses Menyusun Teoari
dari 2 Proposisi
Teori keinginan berperilaku ini
dapat dijadikan lebih abstra dengan mengubah cakupannya. Misalnya, kontrasepsi
modern diubah menjadi inovasi sosial. Dengan demikian kita mendapatkan teori
yang lebih luas cakupannya, jadi lebih asbtrak. Yang paling abstrak adalah
teoari Fishbein yang asli menyatakan bahwa “ keinginan berperilaku ditentukan
secara bersama-sama oleh persepsi tentang manfaat perilaku tersebut dan
persepsi tentang sikap kelompok referensi terhadap perilaku tersebut”.
D.
Variabel
Variabel yaitu konsep yang mempunyai
variasi nilai. Jadi konsep “Badan” bukan variabel, karena badan tidak
mengandung pengertian adanya nilai yang bervariasi. “Berat Badan” adalah
variabel karena memiliki nilai yang berbeda. Seks adalah variabel karena
mempunyai nilai yaitu laki-laki dan wanita. Umur, Pendidikan, Status perkawinan,
jumlah anak, status pemilikan tanah, peredaranuang semuanya adalah variabel.
Konsep-konsep yang tidak mengandung pengertian
nilai yang beragam biasanya dapat diubah menjadi variabel dengan memusatkan
pada aspek tertentu dari konsep tersebut. Jadi, konsep perilaku kontrasepsi
dapat diubah menjadu variabel dengan merubahnya menjadi penggunaan kontrasepsi.
E.
Hipothesa
Tujuan penelitian adalah menelaah
hubungan sistematis antara variabel-variabel. Hubungan ini biasanya disajikan
dalam bentuk hipothesis yang merupakan suatu unsur penelitian yang amat
penting. Hipothesa adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentantif tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Hipothesis yang baik harus memenuhi
2 kriteria, yaitu : (1). Hipothesa harus menggambarkan hubungan antara
variabel-variabel dan (2). Hipothesa harus memberikan petunjuk bagaimana
pengujian hubungan tersebut. Ini berarti, variabel-variabel yang dicantumkan
dalam hipothesa harus dapat diukur dan arah hubungan antara variabel-variabel
tersebut harus jelas.
Seringkali rumusan hipothesa dimulai
dengan suatu proposisi yang menunjukkan hubungan antara variabel dan diikuti
oleh pernyataan yang lebih spesifik tentang arah serta kuatnya hubungan
tersebut. Misalnya, untuk penelitian tentang penggunaan kontrasepsi modern
dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ Tingkat penggunaan kontrasepsi modern dipengaruhi oleh persepsi suami istri tentang manfaat kontrasepsi
tersebut dan persepsi mereka tentang sikap kelompok referens terhadap hal yang
sama”
Hipothesa diatas menunjukkan
hubungan antara 2 (dua) variabel bebas (persepsi tentang manfaat kontrasepsi
modern dan persepsi tentang sikap
kelompok referens terhadap kontrasepsi modern) dan variabel terikat (tingkat
penggunaan kontrasepsi modern). Jenis hipothesa ini disebut hipothesa relasional. Selain hipothesa
relasional, terdapat hipothesa deskriptif. Hipothesa ini bertujuan
menggambarkan karakteristik suatu sampel menurut variabel tertentu. Salah satu
contoh hipothesa deskriptif adalah : “Proporsi
orang-orang desa berpendidikan tinggi yang beremigrasi lebih besar daripada
yang berpendidikan rendah”.
Semua hipothesa yang diatas disebut
dengan hipothesa kerja atau hipothesa
alternatif dan diberi simbil Ha. Untuk
menguji hipothesa alternatif tersebut, diperlukan pembanding dan disebut dengan
hipothesa nihil atau hipothesa nol dan
diberi simbol Ho (seringkali disebut juga dengan hipothesa statistik). Rumusan
hipothesa nol adalah kebalikan dari
hipothesa alternatif. Jadi kalau hipothesa alternatif berbunyi : Tingkat penggunaan kontrasepsi modern dipengaruhi oleh persepsi suami istri tentang manfaat kontrasepsi
tersebut dan persepsi mereka tentang sikap kelompok referens terhadap hal yang
sama” , maka hipothesa nol berbuyi : Tingkat
penggunaan kontrasepsi modern tidak
dipengaruhi oleh persepsi suami
istri tentang manfaat kontrasepsi tersebut dan persepsi mereka tentang sikap
kelompok referens terhadap hal yang sama”.
F.
Definisi Operasional
Salah satu unsur yang membantu
komunikasi antar penelitian adalah definisi operasional, yaitu merupakan
petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Dengan membaca definisi
operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran
suatu variabel, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran
tersebut.
Dibawah ini diberikan contoh-contoh
dari definisi operasional :
- Definisi Garis Kemiskinan (poverty line)
Dalam penelitian ini
dipakai ukuran garis kemiskinan yang dikembangkan oleh Sajogyo (IPB). Yang
tergolong miskin adalah mereka yang mempunyai tingkat pengeluaran senilai
kurang dari 320 kg beras per kapita per tahun (Di Pedesaan) dan kurang dari 480
kg per kapita per tahun (Di Perkotaaan).
- Definisi Pasangan Usia Subur (PUS)
Adalah pasangan
berstatus kawin berusia antara 15 – 44 tahun